Mengenal Karet Dilatasi Pada Bangunan

Ketika melintasi jalan beton, pernahkah Anda memperhatikan adanya sambungan di antara bidang-bidang jalan?  Sambungan tersebut ada yang dibuat dari aspal, karet, atau bahan lain yang lebih lunak.  Sambungan tersebut dinamakan dilatasi atau siar muai, atau expansion joint. Kita menemukan expansion joint pada jalan beton, jembatan, tembok, lantai, fondasi, atap beton atau paving block.

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa badan jalan, jembatan, dan tembok, harus ‘dipotong-potong’ dan disambung dengan dilatasi atau expansion joint?

Beton merupakan bahan keras dan kaku, sehingga tidak dapat ditekuk atau diregangkan tanpa mengalami kegagalan. Repotnya, pada bangunan, beton selalu memuai dan menyusut karena perubahan suhu atau gerakan di sekitarnya. Untuk memberi ruang memuai dan menyusut, bangunan dihubungkan dengan dilatasi. Tanpa dilatasi, bangunan menghadapi risiko pecah atau  retak yang merusak.

Dilatasi harus dirancang dan dibuat secara cermat untuk memberi hasil maksimal. Dilatasi yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Memungkinkan kontraksi dan ekspansi karena panas tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan.
  • Menyerap getaran karena pergerakan tanah akibat gempa bumi atau penurunan tanah.
  • Mampu menahan tekanan

Bahan untuk dilatasi cukup beragam seperti aspal (untuk jalan atau jembatan beton,), karet (untuk jalan dan jembatan, dinding, lantai, dan fondasi), kain, dan logam. Meskipun demikian bahan yang paling banyak digunakan adalah karet. Dilatasi yang dibuat dari karet disebut karet dilatasi, rubber expansion joint atau elastomeric expansion joint.

Ada beberapa keunggulan dari dilatasi yang terbuat dari karet.

Pertama, memiliki fleksibilitas tinggi, karet memiliki daya rentang kontraksi tertinggi dari bahan lain.

Kedua, instalasi cukup sederhana. Karet dilatasi dapat dirancang dan dibuat sesuai dengan ukuran, dimensi, dan spesifikasi bangunan. Ketika bangunan sudah siap, tinggal dipasang.

Ketiga, memudahkan penggantian. Ketika karet dilatasi sudah usang penggantiannya cukup dengan cara melepas karet dilatasi yang lama diganti dengan yang baru. Ini tidak bisa dilakukan ketika dilatasi menggunakan aspal, yang harus dibongkar lebih dahulu dan menuangkan aspal baru. 

Gambar: Rubber dilation

Pada jembatan, dilatasi jembatan dirancang untuk menanggung gerakan lalu lintas yang terus menerus antara struktur sambil mengakomodasi gerakan mengembang-menyusut, dan variasi suhu pada beton bertulang dan pratekan, serta struktur baja. Jadi, karet dilatasi pada jembatan atau jalan memiliki fungsi ganda, yaitu mengakomodasi kembang-susut beton, serta menyerap gaya getaran dan gerakan. Pada jembatan atau jalan layang, karet dilatasi juga ikut meredam suara berisik dari kendaraan yang lalu Lalang.

Gambar: Rubber sheet

Pada tembok, batu bata atau bata ringan, dilatasi mencegah keretakan dinding,  serta menghindari  bata menonjol dan pengelupasan lapisan dinding karena pemuaian. Pada dinding, karet dilatasi juga membantu memperkuat keluwesan dinding karena gerakan tanah akibat gempa atau dinamika di sekitarnya.

Gambar : Rubber Waterstop

Terdapat dua metode memasang elastomeric expansion joint pada jembatan dan jalan, yaitu sebelum pembetonan dan setelah pembetonan. Pada pemasangan sebelum pembetonan, dibuat celah beton dengan  sisi dilapisi pelat baja, kemudian karet dilatasi dipasang dalam celah tersebut. Selanjutnya dilakukan pembetonan. Untuk merapikan, bagian atas ditutup dengan lembar karet atau pelat baja.

Metode kedua, karet dilatasi dipasang setelah pembetonan. Setelah beton kering, kemudian dibuat celah dengan cara digali. Selanjutnya celah tersebut tepinya diberi pelat baja dan tengahnya diisi dengan dengan karet dilatasi. Biasanya, bagian atas celah dirapikan dengan ditutupi lembaran karet atau pelat baja.

Bagi Anda yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai karet dilatasi untuk bangunan maupun perpipaan, silakan menghubungi PT Samudera Luas Paramacitra (SLP) di nomor +62 823 2018 9998.

Flags Widget powered by AB-WebLog.com.