Sebagai negara dengan konsumsi beras terbesar ke-4 di dunia, Indonesia selalu mendambakan swasembada beras. Swasembada beras menjadi penopang utama ketahanan pangan nasional. Sayangnya, meskipun Indonesia pernah mencapai kemandirian beras di tahun 1980-an, sampai saat ini cita-cita itu belum terwujud kembali. Menurut Biro Pusat Statistik, pada 2023 Indonesia memproduksi sebanyak 30,90 juta ton beras. Sementara konsumsi beras mencapai 35,3 juta ton yang mengharuskan negara mengimpor 4,4 juta ton.
Sebenarnya ketahanan pangan bukan hanya soal produksi dan impor beras semata. Faktor lain yang harus dibangun adalah rantai pasok. Rantai pasok beras merupakan sistem pengelolaan dan pengendalian beras sejak panen, pengelolaan pasca panen, penggilingan gabah, penyimpanan beras, hingga distribusi sampai konsumen. Rantai pasok yang efektif dan efisien memastikan tersedianya beras yang cukup, dengan kualitas baik, dan harga terjangkau di masyarakat.
Isu rantai pasok yang sering kita dengar adalah kelangkaan beras pada musim panen raya. Logikanya, ketika sedang musim panen padi, beras melimpah dan harganya murah. Namun karena adanya gangguan pada mata rantai pasokan, beras menjadi langka dan mahal. Gangguan bisa terjadi pada setiap mata rantai seperti cuaca buruk yang merusak pengelolaan pasca panen, rendahnya produktivitas pabrik penggilingan padi, serta hambatan pada distribusi.
Salah satu mata rantai dalam pasokan beras adalah industri penggilingan padi. Industri ini berfungsi mengonversi gabah menjadi berasi. Ketersediaan beras dengan kualitas yang baik dan jumlah memadai tergantung pada industri ini. Menurut data Perpadi (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia), total usaha penggilingan padi di Indonesia mencapai sekitar 182.000 unit, dengan penggilingan besar sebanyak 2.000 unit, penggilingan sedang 8.000 unit, dan penggilingan kecil 172.000 unit.
Sebagai sebuah sistem, produktivitas pabrik-pabrik penggilingan padi tidak bisa lepas dari mesin dan komponennya. Komponen penting dalam mesin giling padi adalah rice rubber roller atau rol pecah kulit (PK) gabah. Rol karet inilah yang mengupas gabah, serta memisahkan sekam dan dedak dari berasnya. Pilihan rol pecah kulit secara langsung memengaruhi kualitas produk beras akhir, efisiensi penggilingan, dan keberhasilan operasional secara keseluruhan.
Samudera Luas Paramacitra (SLP) telah lebih dari 40 tahun mendampingi industri penggilingan padi mendukung ketahanan pangan nasional dengan memproduksi rice rubber roller. Rice rubber roller diproduksi di bawah merek Roll Niri dengan sub-merk NIRI Maxton, NIRI Top, NIRI Super, Flying Horse, Panther, Rajawali dan lain-lain. Roll pemecah padi “NIRI” tersedia dalam ukuran: 10 x 10, 8¾ x 6”, 8¾” x 4”, 6⅝” x 4”, dan 6¼” x 2½”. Masing-masing sub-merk dan ukuran ini disesuaikan dengan kebutuhan setiap penggilingan.
Untuk menjamin dukungan ketahanan pangan, Samudera Luas Paramacitra memantau kualitas produk mulai dari pengadaan bahan baku sampai barang jadi yang siap dikirim. Perlu dicatat, semua produk SLP memenuhi standar manajemen mutu ISO 9001 dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).
Untuk pemesanan dan konsultasi produk, silakan menghubungi 0823-2018-9998.