Dilatasi pada bangunan merupakan sebuah sambungan atau garis pada sebuah bangunan yang karena sesuatu akibat memiliki sistem struktur yang berbeda dengan maksud menghindari keretakan pada bangunan yang ditimbulkan oleh impact vertikal atau juga horisontal. Misalnya efek gempa bumi, tanah yang labil, pergeseran tanah dan lain sebagainya.
Dalam dilatasi terdapat beberapa model yakni Misalkan ada bangunan yang mempunyai tingkat tekanan yang berbeda. Maka bangunan yang mendapat tekanan yang rendah akan berbeda strukturnya dengan bangunan yang mempunyai tekanan yang lebih tinggi. Walaupun dalam satu gedung, misalkan yang bertingkat, maka tingkatan lebih rendah memiliki struktur yang lebih kuat.
Misalkan ada struktur tanah yang lemah dan yang kuat dalam satu rencana bangunan, maka pondasi akan dubuat dengan sesuai dengan struktur tanah tersebut.
- Dilatasi bangunan biasanya diterapkan pada :
- Bangunan yang mempunyai tinggi berbeda – beda. ( pertemuan antara bangunan yang rendah dengan yang tinggi ).
- Pemisah bangunan induk dengan bangunan sayap.
- Bangunan yang memiliki kelemahan geometris.
- Bangunan yang memiliki panjang >30m.
- Bangunan yang berdiri diatas tanah yang kurang rata.
- Bangunan yang ada didaerah gempa.
- Bangunan yang mempunyai bentuk denah bangunan L, T, Z, O, H, dan U
Macam – macam dilatasi :
1. Dilatasi dengan 2 kolom
- Dilatasi dengan 2 kolom biasanya digunakan untuk bangunan yang bentuknya memanjang ( linier ). Dengan adanya dilatasi maka jarak kolom akan menjadi pendek.

2. Dilatasi dengan balok kantilever
- Dilatasi juga bisa dilakukan dengan struktur balok kantilever.
- Bentang balok kantilever maksimal 1/3 dari bentang balok induk.
- Pada lokasi dilatasi bentang kolom dirubah ( diperkecil ) menjadi 2/3 bentang kolom yang lain.
3.Dilatasi dengan balok gerber
- Sistem ini dipergunakan apabila diinginkan jarak kolom tetap sama.
- Sistem ini memiliki kelemahan apabila ada beban horizontal yang cukup besar ( akibat gempa bumi ) akan berakibat fatal ( lepas dan jatuh )…
4. Dilatasi dengan konsol
- Dengan system ini jarak kolom dapat dipertahankan sama
- Umumnya dipergunakan pada bangunan yang menggunakan material prefabrikasi.
Dalam penerapan system dilatasi perlu diperhatikan jaraknya. Jarak dilatasi harus benar – benar diperhitungkan. Dilatasi yang terlalu sempit apabila terkena pergeseran akibat gaya vertical maupun horizontal akan timbul banyak masalah, mulai dari dilatasi itu sendiri yang rusak, kebocoran yang sulit diperbaiki, sampai kerusakan – kerusakan di bagian lain akibat saling bertabrakannya blok bangunan satu dengan yang lainnya.
Gambar sketsa bangunan diatas merupakan salah satu contoh bangunan yang harus memakai system dilatasi. Bangunan tersebut berada di daerah sekitar danau yang memiliki kondisi tanah kurang baik. Memilki kemungkinan yang besar tanah itu mengalami pergerakan.
Selain itu bangunan disekitar danau tersebut termasuk bangunan tinggi, yang memiliki tinggi bangunan yang berbeda – beda.
Untuk menahan gaya vertical dan gaya horizontal yang timbul perlu dibuat system dilatasi
Sistem dilatasi digunakan pada pertemuan antar bangunan yang memiliki tinggi yang berbeda. Hal ini dikarenakan beban gaya yang diterima bangunan berbeda – beda antara bangunan yang tinggi dengan bangunan yang lebih rendah.
Bangunan di atas bisa menggunakan system dilatasi kolom, kantilever, gerber, maupun konsol.
Tetapi biasanya system dilatasi yang sering digunakan adalah system dilatasi kolom. Sistem ini digunakan untuk bangunan – bangunan yang panjang. Sistem ini juga mempunyai kelebihan yaitu mampu menahan gaya horizontal yang timbul ( gempa bumi ).
Selain itu juga relative aman, dan apabila ada kerusakan – kerusakan tidak terlalu vatal.
Source http://muchlisryanbekti.blogspot.com/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan.html