Senin, 07 April 2019
Pemerintah makin intensif mendorong peningkatan pemanfaatan karet alam untuk kebutuhan di dalam negeri. Hal ini juga ditunjukkan dengan upaya pengembangan industri pengolahan karet alam, guna mendukung pembangunan infrastruktur nasional
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan bahwa pihaknya bekerjasama dengan PT. Samudera Luas Paramacitra, berhasil melakukan rekayasa teknologi material, dengan menghadirkan inovasi produk rubber airbag, yang memanfaatkan komoditi karet alam lokal
“Inovasi rubber airbag ini atau bantalan peluncur kapal ini digunakan pada industri perkapalan untuk membantu proses menaikan dan menurunkan kapal di galangan, baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi kapal bekas,” paparnya dalam acara pengiriman Produk Komersial Perdana Rubber Air Bag Produksi Industri Dalam Negeri, Senin, (08/04/2019).
Kepala BPPT kemudian memaparkan bahwa berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Maret 2013) Indonesia memiliki kurang lebih 12.047 kapal, yang pada saatnya harus direparasi pada 240 galangan kapal yang tersebar di seluruh Indonesia. Melihat potensi yang ada tentunya sangat dibutuhkan produk rubber air bag, untuk membantu proses reparasi dan pembuatan kapal baru.
“Penggunaan produk rubber air bag menjadi pilihan banyak galangan, karena biaya investasinya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangunan galangan konvensional. Selain untuk proses reparasi, bantalan peluncur kapal ini juga dibutuhkan dalam proses pembangunan kapal baru, khususnya guna mendukung program poros maritim dan tol laut, yang dicanangkan sebelumnya,” ujarnya.
Diungkap Hammam, rubber airbag untuk peluncur kapal selama ini masih sepenuhnya diimpor. Padahal kita ketahui bahwa Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar nomor 2 di dunia, yaitu sebesar 3,6 juta ton. Namun yang digunakan dan diolah menjadi barang karet seperti ban mobil/truk/bis, belt conveyer, benang karet, dock fender dan lain-lain hanya sekitar 660.000 ton, yakni hanya sekitar 15 % dari produksi domestik.
“Hadirnya inovasi rubber air bag hasil pengembangan BPPT dan industri lokal ini jelas menjadi subtitusi produk impor, serta meninggikan nilai TKDN. Harganya pun lebih murah dari produk impor sejenis. Selain itu, apabila industri Rubber Air Bag berdiri di Indonesia, dan seluruh kebutuhannya sebanyak 1500 unit per tahun dapat dipenuhi, maka dapat menyerap karet alam dalam negeri sebanyak 600.000 ton per tahun,” rincinya.
Inovasi rubber airbag inipun ditekankan Kepala BPPT, dapat menjadi awal bagi kebangkitan industri karet dalam negeri. Khususnya dalam mendukung bidang industri perkapalan dan kemaritiman, dengan pemanfaatan bahan baku lokal, karena selama ini masih sepenuhnya impor. Untuk itu katanya, inilah momentum supaya inovasi rubber airbag dapat digunakan untuk kebutuhan nasional, yang juga memiliki nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang sangat tinggi, mencapai 80 persen.
Selain itu Hammam juga berharap adanya dukungan kebijakan dari pemangku kepentingan terkait untuk bisa membuka pintu ekspor, sehingga produk Rubber Air Bag karya anak bangsa ini bukan hanya dikonsumsi oleh industri dalam negeri tapi juga dapat digunakan di manca negara.
“Inovasi seperti ini perlu terus didorong, serta didukung oleh kebijakan strategis, guna meningkatkan kemandirian dan daya saing industri nasional, juga dapat di ekspor ke manca negara. Ini adalah salah satu bukti Iptek sebagai penghela pembangunan ekonomi nasional,” tegasnya.
Sebagai informasi, BPPT dalam hal pemanfaatan karet alam lokal juga telah meluncurkan produk inovasi retread (vulkanisir) ban pesawat yang saat ini sedang dalam tahapan sertifikasi. Sama halnya dengan rubber air bag, inovasi retread ban pesawat inipun telah siap dihilirisasi sampai dengan tahap komersialisasi.
Pada kesempatan yang sama Direktur Utama PT SLP Martinus Limansubroto menyatakan bahwa pengembangan produk komersial rubber air bag ini merupakan yang perdana di indonesia.
Apa yg sudah dilakukan dengan BPPT ini akan tetap kami lakukan kedepan pengembangannya.
“Kita dari awal dibantu 100 persen oleh BPPT mulai dari penelitian, perhitungan, hingga tercapai standarisasi. Ini akan memberi sumbangsih yang sangat baik bagi industri perkapalan nasional,” urainya.
Lebih lanjut Direktur Industri Kimia Kementerian Perindustrian Taufik Bawazier mengapresiasi inovasi rubber air bag, karena ini bukti nyata hilirisasi produk industri karet yang berhasil dilakukan.
Jadi dengan inovasi BPPT dan industri ini dapat meningkatkan juga produk rubber airbag yg selama ini masih diimpor senilai 10 juta usd. Ini merupakan satu terobosan yang luar biasa.
“Ini adalah kisah sukses yang patut menjadi contoh, karena merupakan riset yang menjadi kebutuhan industri. Kami harap dapat ditingkatkan volume produksi nya, juga produk ini dapat diekspor, untuk lebih meningkatkan daya saing produk, serta industri yang dalam hal ini industri karet nasional,” terangnya.
Direktur Inovasi Kemenristekdikti, Santosa lantas menyebut pihaknya berkomitmen penuh untuk mendukung penerapan inovasi rubber air bag ini.
“Kami berharap ini menjadi percontohan secara nasional untuk diterapkan lebih lanjut. Khususnya terkait hilirisasi produk karet alam oleh industri dalam negeri,” pungkasnya. (Humas/HMP)