Pilih Mana: Rubber Waterstop Atau PVC Rubberstop?

Pernahkah Anda berpikir mengapa bangunan dari beton seperti  kolam renang, basement gedung, gorong-gorong atau bahkan bendungan raksasa, tidak bocor atau rembes walaupun dikelilingi air setiap waktu? Salah satu rahasianya ada pada komponen yang dinamakan Waterstop. Komponen ini tidak begitu kentara dalam bangunan, tapi memiliki peran krusial.

Apa itu Waterstop?  Waterstop adalah semacam “penghalang air” yang dipasang di sambungan beton konstruksi. Tujuannya adalah untuk mencegah air masuk lewat celah sambungandan merembes ke pori-pori beton yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan serius pada  bangunan.

Beberapa pelaksana proyek hanya mengenal hanya satu jenis Waterstop, yaitu PVC Waterstop. Sebenarnya terdapat empat jenis Waterstop yang umum di berbagai proyek konstruksi. Keempat jenis tersebut tersebut adalah  Rubber Waterstop, PVC Waterstop, Bentoinite Waterstop dan Swellable Waterstop. Rubber waterstop  dibuat dari karet alam atau sintetis. PVC Waterstop terbuat dari  bahan plastik (polyvinyl chloride). Bentonite Waterstop terbuat dari bahan bentonite yang dapat mengembang jika terna air. Sementara itu, Swellable Waterstop  terbuat dari bahan polimer sintetic hidrofilik, yang seperti bentonite, mengembang apabila terkena air.

Di lapangan, jenis yang paling luas penggunaannya adalah Rubber Waterstop dan PVC Waterstop.   Keduanya masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Untuk memilih jenis mana yang tepat untuk proyek Anda, mari kita bandingkan dari aspek kekuatan, fleksibilitas, ketahanan dan biaya.

Kekuatan. Rubber waterstop lebih kuat dan tahan terhadap tekanan  tinggi sehingga cocok untuk bangunan seperti bendungan dan saluran air besar. Sementara itu, PVC  Waterstop cukup kuat tetapi tidak sekuat  Rubber  Waterstop. Jenis ini bisa digunakan untuk bangunan penampung air, saluran air sedang, atau  basement.

Fleksibilitas. Terbuat dari karet, Rubber Waterstop sangat elastis sehingga cocok untuk permukaan yang tidak rata dan struktur bergerak. Sementara itu, PVC Waterstop bersifat lentur dan  mudah dibentuk tapi tidak seelastis Rubber Waterstop.

Ketahanan. Rubber Waterstop tahan terhadap panas, dingin dan bahan kimia. PVC Waterstop tahan tehadap air tetapi kurang kuat menghadapi suhu ekstrem.

Instalasi. Pemasangan Rubber Waterstop memerlukan tenaga ekstra karena lebih berat. Sementara itu PVC Waterstop  lebih ringan sehingga lebih mudah dipasang.

Harga. Dari segi harga, Rubber Waterstop memang lebih mahal,tetapi keamanan bangunan lebih terjamin.

Jadi pilih yang mana? Apabila proyek Anda membutuhkan daya tahan ekstra dan akan sering  terkena  tekanan atau gerakan (seperti bendungan atau terowongan), Rubber Waterstop adalah pilihan yang tepat.

PT Samudera  Luas Paramacitra memproduksi Rubber Waterstop berkualitas tinggi. Produk kami memiliki kekuatan tarik tinggi, kinerja tahan air, dan elastisitas yang baik. Karena materialnya yang terbuat dari karet yang elastis, SLP Rubber Waterstop tahan terhadap korosi, sobek, dan deformasi kompresi akibat berbagai beban.

Untuk mendapatkan informasi lebih rinci atau pemesanan produk, Anda dapat  menghubungi hotline (+62) 823 2018 9998 atau email admin@niri-rubber.com untuk keterangan lebih lanjut.

Pemasangan Mooring Bollard

Mengapa kapal yang sandar di dermaga tetap stabil sehingga bisa melakukan operasi bongkar muat secara aman? Hal ini disebabkan oleh kapal yang diikat pada tonggak baja selama bersandar. Tonggak pengikat tali kapal ini dinamakan mooring bollard, yang lebih dikenal dengan nama bollard. Dengan terikat pada bollard, kapal yang sandar dapat terhindar dari guncangan akibat gelombang dan pergeseran posisi karena tarikan arus laut atau terpaan angin.

Kekuatan bollard sangat dipengaruhi oleh pemasangannya pada struktur dermaga. Pemasangan yang keliru dan tidak sesuai standar dapat berisiko menurunnya kinerja bollard yang sangat mungkin membahayakan kapal yang berlabuh. Bagaimana instalasi bollard yang benar?

Bagian dari Bollard

Untuk mengetahui cara instalasi yang benar kita perlu memahami bagian-bagian dari bollard. Bollard terrdiri dari tiga bagian utama yaitu badan, kepala, dan dasar bollard. Badan bollard berupa tonggak berbentuk silinder yang menjadi tempat pengikat tali kapal.

Kepala bollard merupakan bagian paling atas yang biasanya berukuran lebih lebar dari badan bollard. Bagian ini berfungsi sebagai penahan tali kapal yang diikat ke badan bollard.

Dasar merupakan bagian ujung bawah bollard berbentuk lebar yang menjadi tempat bertumpu bollard. Dasar juga merupakan tempat memasang mur baut untuk angkur. Bollard dipasang menggunakan angkur yang ditanam ke dalam beton dermaga.

Pemasangan bollard

Bollard harus dipasang secara benar agar penggunaanya bebas masalah dan memiliki masa pakai panjang. Secara umum pemasangan bollard bisa menggunakan dua metode, yaitu recess mounted dan surfaces mounted. Pada recess mounted, bagian dasar tonggak dipasang dalam ceruk beton sehingga beton dermaga rata. Sedangkan pada surface mounted, bollard dipasang dengan bagian dasar di atas permukaan beton.

Sebelum dipasang harus dipersiapkan tempatnya terlebih dahulu. Apabila pemasangan menggunakan metode reccess mounted, maka pada tempat tersebut dibuat ceruk. Ukuran ceruk disesuaikan dengan dimensi dasar bollard baik dari segi tinggi, lebar maupun panjangnya.

Sedangkan pada metode surface mounted, cukup ditentukan tempatnya sesuai dengan lebar dan panjang dasar bollard. Tempat tersebut kemudian dibersihkan dari kotoran seperti pasir atau benda-benda lain yang dapat mengganggu

Tahap selanjutnya adalah pemasangan angkur. Terdapat dua cara pemasangan angkur yaitu dengan ditanam (embedded) atau dengan dibor (drill). Pada cara embedded, angkur ditanam dengan dicor pada struktur dermaga. Sedangkan pada metode drill, beton dibor untuk memasukkan baut angkur dalam struktur dermaga.

Sebelum dipasang, bollard perlu diangkut dari tempat penyimpanan secara aman menggunakan crane atau alat angkut lain. Kemudian siapkan plat dan pasang bollard selaras dengan posisi angkur. Setelah posisinya tepat, mur dipasang dan dikencangkan.

Bollard yang sudah terpasang perlu diperiksa secara menyeluruh untuk memastikan posisi yang tepat, presisi dengan angkur, mur dan baut kencang. Selanjutnya harus dilakukan uji untuk memastikan daya dukung beban bollard dan kepatuhan terhadap standar dan peraturan terkait.

Terakhir adalah finishing untuk melindungi bollard dari korosi dan kerusakan akibat pengaruh lingkungan. Caranya dengan perawatan permukaan yang sesuai seperti pengecatan, dan galvanisasi. Drainase atau lubang air harus diperiksa, dan jika perlu, drainase dibersihkan untuk menjamin berfungsi sebagaimana mestinya.

Dengan mengikuti prosedur pemasangan yang benar,  bollard dapat bekerja secara maksimal. Apabila Anda memerlukan informasi lebih mendalam mengenai metode dan teknik pemasangan bollard, silakan menghubungi Samudera Luas Paramacitra (SLP) di 0823-2018-9998.

Maintenance to Ensure the Optimal Performance of Fender

Fenders are vital port equipment that play an essential role in ensuring maritime transport safety and security. They prevent damage to ships and docks by avoiding direct collisions between ships and docks as well as between moored ships. To function optimally, fenders must be maintained properly. In addition, proper maintenance will extend their service life, resulting in cost savings.

Why must fenders be well-maintained? This equipment operates under extreme conditions, making it prone to damage. These extreme conditions include constant ship impacts, exposure to the sun, immersion in seawater, and strong winds.

The fender maintenance system consists of three stages: inspection, repair, and replacement.

Inspection
The purpose of inspection is to ensure that the fender is functioning at all times. There are three types of inspections: initial inspection, periodic inspection, and incidental inspection.

  • Initial inspection is performed after installation to ensure that the fender is fully ready for use.
  • Periodic inspection aims to assess the effectiveness of the fender at any given time. These inspections are carried out systematically according to a schedule. Inspections are usually done on a daily, quarterly, and annual basis.
    • Daily inspections focus on visible issues, such as the fender falling into the sea, shifting position, or loose fender panel chains. Daily inspections are often part of the routine technical inspection of the entire dock.
    • Quarterly inspections aim to examine more detailed aspects, such as torn fender bodies, cracked rubber, or bent metal panels. Quarterly inspections also look for damage to accessories, such as loose screws, missing bolts, or other detached components.
    • Semi-annual inspections focus on maintaining long-term durability, such as checking for rust, fading paint, or loss of anti-corrosion coatings.
    • Annual inspections involve a comprehensive check and evaluate the fender’s lifespan. Expired fenders must be replaced.

Incidental inspections are conducted to detect fender damage caused by specific events, such as fires, high waves, excessive ship movement due to storms, earthquakes, tsunamis, and so on.

Repair
The second step in fender maintenance is repair. Of course, repairs are carried out based on findings from inspections. For example, if a fender falls into the sea, it should be reinstalled. If the fender has shifted, it should be returned to its correct position. When loose nuts and bolts are found, they should be tightened immediately. Similarly, if significant corrosion is discovered, it should be cleaned and coated with anti-corrosion material or paint.

It is important to note that repairs should be done as soon as a deviation or damage is found. Delaying repairs can exacerbate the damage and endanger the operations of both the ship and the dock.

Repairs and Replacement
A study mentions that to ensure fenders function optimally at all times, they must undergo two types of comprehensive repairs: interim maintenance and overhaul. Interim maintenance is done every 4 years, covering repairs to rubber fenders, steel panels, panel coatings, chains, as well as nuts and bolts. Overhaul maintenance is done every 15 years and includes repairs to all components.

If an inspection reveals damage that cannot be repaired, either to individual components or the entire fender, replacement is required. Replacement is also necessary when the fender has exceeded its usage lifespan. Using expired fenders is extremely dangerous for the dock, ship, and its operators.

Good maintenance not only saves costs but also ensures optimal port service. If you need more detailed information about fenders, please contact PT Samudera Luas Paramacitra (SLP) at 0823-2018-9998.

How to Choose a Good Mooring Bollard?

When loading and unloading at the dock, a ship needs to be in a stable condition. Therefore, ships are equipped with mooring ropes that are tied to a mooring post. This mooring post is called a mooring bollard, marine bollard, or simply bollard. The mooring bollard functions to keep a docked ship in place, preventing it from shifting, rotating, or moving due to waves, currents, and wind forces.

Mooring bollards are made of metal, commonly cast iron, steel, or stainless steel. These bollards are installed at the dock using different methods, such as embedded installation, through-bolting, or retrofitting.

Aside from the material, the strength of a bollard is also determined by its design. There are six common types of mooring bollards:

1. Straight Bollard

This type has a circular top with a larger diameter than its post, providing a grip for the mooring rope.

2. Single Bit Bollard

The single bit bollard features two protruding arms in the middle, forming a cross. These arms serve as tying points for the ropes.

3. Double Bit Bollard

Essentially, this is two single bit bollards placed together as one unit, offering greater strength compared to a single bit bollard.

4. Cleat Bollard

This bollard has a top shaped like horns, with the base of these “horns” serving as the main rope attachment point. It is compact and ideal for docks with limited space.

5. Curved Bollard

This type features a curved top forming a hook-like shape, with a semi-circular end. The mooring rope is secured by this curve.

6. CVS Bollard

Similar to the curved bollard, but the hook-like top extends outward in a V-shape for better rope security.

How to Choose the Right Mooring Bollard?

Since mooring bollards play a crucial role in securing ships at the dock, selecting the right one is essential. Here are some factors to consider:

1. Tensile Capacity

The bollard must be able to withstand the pulling force of the mooring rope. Larger ships require bollards with a higher tensile capacity. Additionally, factors such as wind, waves, and sea currents at the port should be taken into account.

2. Type of Ship

Consider the type of vessel using the dock, whether it’s a cargo ship, cruise ship, tanker, or another type. Ship size, including length, width, and movement, affects the force that the bollard must endure.

3. Material Selection

Each material has its pros and cons. Cast iron offers high durability but is less resistant to corrosion. Steel, on the other hand, is lighter and more corrosion-resistant than cast iron.

4. Bollard Type

Choose a bollard type that meets operational needs. For example, cleat and single bit bollards are ideal for docks where smaller vessels dock, whereas double bit and curved bollards are better suited for docks accommodating larger ships.

5. Environmental Conditions

Since bollards operate in a marine environment, they should have protective coatings against corrosion, such as galvanization or epoxy paint. Ensure the material can withstand temperature changes and adapt to currents, waves, and tides.

6. Ease of Maintenance

Learn about the maintenance and inspection procedures to ensure safe operation. Choose a bollard with a long lifespan to minimize replacement costs.

PT Samudera Luas Paramacitra (SLP) manufactures three types of mooring bollards: SLP Curved Bollard, SLP Straight Bollard, and SLP CVS Bollard. However, SLP is also ready to provide other types based on customer needs.

For more information about SLP Bollards, feel free to contact us at 0823-2018-9998.

Menguji Keandalan Bantalan Karet Jembatan

Pernahkah Anda berpikir mengapa sebuah jembatan tidak ambruk meskipun  setiap hari dilintasi ribuan kendaraan dengan bobot berton-ton? Mengapa jembatan tidak roboh walaupun diguncang gempa dahsyat? Jawabannya adalah karena daya tahan jembatan bukan hanya didasarkan pada  kekuatan konstruksinya, tetapi juga fleksibilitasnya. Kekuatan dibangun melalui kerangka beton dan baja, sedangkan fleksibilitasnya dibentuk dengan komponen yang disebut bantalan karet jembatan atau elastomeric bearing pad.

Dalam konstruksi jembatan, biasanya elastomeric bearing pad diletakkan di antara bagian-bagian utama (superstruktur) seperti balok beton dan tiang penyangga.  Bantalan karet ini berfungsi meredam getaran sekaligus menahan beban vertikal, horizontal dan gerakan rotasi akibat kendaraan yang melintas di atasnya. Bukan hanya itu, elastomeric bearing pad juga menjaga kerusakan jembatan akibat guncangan dan pergeseran karena faktor alam seperti gempa dan hempasan angin.

Tentu saja bantalan karet jembatan harus andal agar berfungsi dengan baik. Oleh karena itu elastomeric bearing pad wajib melewati serangkaian tes sebelum diproduksi massal dan diaplikasikan dalam proyek. Pelaksanaan tes harus mengacu pada SNI 3967:2013 dan beberapa standar lain  yang ditetapkan oleh BSN  (Badan Standarisasi Nasional).

Jenis pengujian pertama dinamakan tes tekanan atau compression test. Tes tekanan bertujuan untuk mengukur kemampuan bantalan dalam menahan beban vertikal. Bantalan diberi tekanan tertentu kemudian diperiksa apakah mengalami perubahan bentuk  dan  tetap berfungsi baik.

Pengujian kedua dinamakan uji geser atau shear test  yang bertujuan untuk memastikan  bantalan dapat mengakomodasi pergeseran  karena gerakan pada struktur jembatan. Untuk mengujinya bantalan diberi beban horizontal  di bawah  tekanan vertikal tertentu dan diperiksa daya tahan terhadap beban tersebut.

Pengujian ketiga adalah tes rotasi atau rotation test. Rotation test dimaksudkan untuk  mengukur kemampuan elastomeric bearing pad  menerima gaya rotasi tanpa mengalami kerusakan. Bantalan diberi beban vertikal lalu diputar sampai sudut putar tertentu.

Jenis uji keempat disebut sebagai uji elastisitas. Tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat elastisitas bahan elastomer dalam menahan beban. Karet bantalan diberi beban secara bertahap dan diperiksa perubahan bentuknya.

Kelima adalah tes penuaan atau aging test. Aging test bertujuan untuk mengukur daya tahan elastomer terhadap penuaan akibat panas, ozon, atau lingkungan ekstrem lainnya. Karet material bantalan dipanaskan dengan suhu tertentu selama waktu tertentu. Setelah itu, properti mekanis seperti kekerasan dan visual karet diuji kembali.

Selain lima tes tadi, elastomeric bearing pad juga melewati beberapa tes lain seperti uji adhesif  untuk memastikan daya lekat lembaran karet dengan pelat baja di dalamnya, serta dan uji dimensi untuk memastikandimensi bantalan sesuai dengan spesifikasi desain.

Pengujian harus dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi oleh badan yang berwenang. Produsen dapat menggunakan laboratorium milik sendiri atau memanfaatkan milik lembaga penelitian eksternal seperti  Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan, serta Balai Pusat Penelitian Teknologi Karet.

Samudera Luas Paramacira (SLP) telah memiliki laboratorium sendiri yang secara reguler diakreditasi. Apabila Anda  memerlukan informasi  mengenai produk elastomeric bearing pad  SLP, silakan hubungi 0823-2018-9998.

Fender Sebagai Pelindung Kapal Dan Dermaga

Setiap kapal yang berlabuh menghadapi risiko kerusakan akibat pergesekan atau bertumbukan dengan dermaga. Apalagi pada saat terjadi gelombang tinggi dan angin kencang. Untuk menghindari  risiko tersebut, pengelola pelabuhan memasang  fender di dinding  dermaga.

Apa itu fender? Fender adalah perangkat di pelabuhan yang  berfungsi menahan kapal yang merapat dari benturan langsung dengan bangunan dermaga. Ada beberapa jenis dan ukuran fender disesuaikan degan kebutuhan operasional pelabuhan. Tipe fender yang  paling umum adalah sebagai berikut:

  • Fender silinder (Cylindrical fender) yaitu fender berbentuk tabung silinder.
  • Fender V (V-fender) yaitu fender berbentuk layaknya huruf V.
  • Fender M (M-fender) yaitu fender berbentuk seperti huruf M.
  • Fender A (A-fender) yaitu fender  berbentuk seperti huruf A.
  • Fender D (D-Fender)  yaitu fender berbentuk seperti huruf D.
  • Fender Kerucut (Cone Fender) yaitu fender yang berbentuk kerucut.
  • Fender Cell yaitu fender dengan bentuk bulat dengan lubang di tengah.

Dalam aplikasinya beberapa fender tersebut dilengkapi panel untuk memperluas permukaan ketika  menahan kapal yang sandar.

Fender dibuat dari dua bahan utama yaitu karet alam atau kombinasi karet alam dengan karet sintetis, serta pelat baja untuk menghadapi tekanan  kuat, benturan keras serta kondisi laut yang ekstrem. Karet merupakan bagian terbesar dari material sehingga fender pelabuhan sering juga disebut rubber fender. Karet memiliki keunggulan karena sifatnya yang elastis, sehingga fender mampu menyerap energi benturan tanpa merusak bentuk aslinya.

Pada tipe fender tertentu seperti Cone fender dan Cell fender, ada penambahan polimer yang digunakan sebagai lapisan benturan antara lambung kapal dan fender. Polimer yang digunakan memiliki koefisien gesek rendah sehingga kerusakan pada permukaan lambung dan cat kapal dapat diminimalisir. Jenis polimer yang sering digunakan adalah UHMW-PE (Ultra-High Molecular Weight Polyethylene) yang dipasang pada muka panel fender.

Komponen logam memperkuat struktur fender dan meningkatkan daya tahan saat berbenturan dengan kapal besar. Material logam juga banyak digunakan untuk rantai pengikat panel fender.

Bagaimana cara fender bekerja melindungi kapal dan dermaga? Ketika kapal merapat, fender menahan laju kapal supaya tidak membentur dinding dermaga. Dengan tidak adannya benturan atau gesekan langsung dengan beton dermaga, lambung kapal aman dari kerusakan. Pada saat yang sama, fender juga mencegah kerusakan pada dermaga seperti keretakan atau pergeseran struktur.

Begitu kapal menabrak fender, fender menyerap energi benturan, kemudian menyalurkannya ke  seluruh material fender. Bahan karet yang elastis memungkinkan fender mampu menyerap energi yang cukup besar.  Sifat elastis ini pula  fender tidak mengalami perubahan bentuk atau kerusakan permanen meskipun menerima tekanan yang sangat kuat. Ketika terkena benturan, fender mengalami defleksi sesuai dengan kekuatan benturan. Semakin besar energi benturannya, semakin besar pula defleksinya.

Penyerapan energi berlangsung saat material karet tertekan sehingga energi benturan kapal diredam. Selanjurnya energi benturan tersebut diubah menjadi energi mekanik berupa tekanan pada fender. Setelah tidak ada tekanan lagi, fender akan kembali ke bentuk semula.  Energi yang diserap sebagian dilepaskan kembali dalam bentuk panas atau getaran kecil.

Pemilihan tipe dan ukuran fender yang sesuai sangat penting untuk memastikan efisiensi maksimal dalam menyerap energi dan mengurangi risiko kerusakan. PT Samudera Luas Paramacitra telah lebih dari dua dasawarsa memproduksi  berbagai jenis  fender bermutu tinggi. Apabila Anda berminat untuk memesan atau berkonsultasi mengenai produk fender silakan menghubungi 0823-2018-9998.

SLP Rubber Airbag Dalam Operasi Penyelamatan

Selama ini kita mengenal rubber airbag sebagai bagian alat pada galangan kapal. Rubber airbag berfungsi sebagai peluncur kapal, yaitu menarik kapal dari laut ke darat untuk diperbaiki, atau sebaliknya untuk menurunkan kapal dari darat ke laut setelah selesai perbaikan atau pembuatan. Namun rubber airbag juga dapat berfungsi dalam operasi penyelamatan di laut. Dalam operasi penyelamatan, alat ini berfungsi untuk mengapungkan bangkai kapal, kargo, jembatan apung, konstruksi dermaga, dan struktur apung lainnya. 

Apa itu rubber airbag ? rubber airbag aalah kantong udara yang berbentuk tabung dengan dua kerucut di ujungnya. kantong udara ini terbuat dari karet alam pada lapisan luar dan jalinan benang sintetis pada bagian dalam. pada bagian ujung airbag terdapat katup logam yang berfungsi untuk mengisi atau membuang udara di dalamnya , rubber airbag untuk peluncuran kapal. pada rubber airbag untuk penyelamatan memiliki ukuran khusus dan umumnya pada kedua ujungnya tindak berbentuk kerucut.

Dalam operasi penyelamatan di laut, rubber airbag berfungsi memberikan daya apung dan daya angkat untuk kapal, kargo, atau benda berat lain yang tenggelam. Caranya adalah dengan menempatkan dan mengikatkan sejumlah rubber airbag pada benda yang akan diselamatkan, kemudian dipompa. Begitu mengembang, kantong udara ini menciptakan daya apung yang kuat untuk mengangkat benda ke permukaan, membuatnya lebih mudah untuk diselamatkan. Cara ini tidak hanya efektif tetapi juga meminimalkan risiko kerusakan lebih lanjut pada bangkai kapal, kargo dan benda lain  selama proses penyelamatan.

Terdapat tiga keunggulan  rubber airbag  dalam operasi penyelamatan laut sebagai berikut:

  • Pertama, rubber airbag sangat tahan lama dan dapat menahan kondisi lingkungan laut yang keras. Daya tahan semacam ini sangat penting dalam operasi penyelamatan, di mana peralatan mengalami kekuatan tekanan yang besar dari air di sekitarnya.
  • Kedua, rubber airbag fleksibel dan dapat dengan mudah bermanuver ke posisi yang tepat, menjadikannya ideal untuk operasi penyelamatan yang kompleks.  Fleksibilitas juga diperoleh dari kemudahan rubber airbag untuk ditransportasikan menuju lokasi penyelamatan.
  • Ketiga, penggunaan rubber airbag  secara signifikan menghemat waktu, tenaga dan biaya  dalam operasi penyelamatan. Penyelamatan tradisional sering kali melibatkan sumber daya yang besar dan memakan waktu, sedangkan pengerahan rubber airbag menyederhanakan operasi, memungkinkan proses pemulihan yang lebih cepat dan efisien.

PT Samudera Luas Paramacitra (SLP) merupakan pelopor produksi rubber airbag di Indonesia sejak 2019.

PT SLP menetapkan standar kualitas baru untuk efisiensi dan keandalan dalam industri, membuat mendapatkan reputasi sebagai pemasok rubber airbag  terkemuka untuk penyelamatan laut.  Bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), SLP terus berinovasi dalam rubber airbag untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas peluncuran kapal maupun operasi penyelamatan di laut.  

Untuk konsultasi dan pemesanan SLP Rubber Airbag silakan hubungi 0823-2018-9998.

SLP Rubber Sheet

Elastomeric Bearing Pad

Roll Niri Ikut Memperkuat Rantai Pasok Beras Nasional

Sebagai negara dengan konsumsi beras terbesar ke-4 di dunia, Indonesia selalu mendambakan swasembada beras. Swasembada beras  menjadi penopang utama ketahanan pangan nasional. Sayangnya, meskipun Indonesia pernah mencapai kemandirian beras  di tahun 1980-an, sampai saat ini  cita-cita itu belum terwujud kembali.  Menurut Biro Pusat Statistik, pada 2023 Indonesia memproduksi  sebanyak 30,90 juta ton beras. Sementara  konsumsi beras mencapai 35,3 juta ton yang mengharuskan negara mengimpor 4,4 juta ton.

Sebenarnya  ketahanan pangan bukan hanya soal produksi  dan impor beras semata. Faktor lain yang harus dibangun adalah rantai pasok. Rantai pasok beras merupakan  sistem pengelolaan dan pengendalian beras sejak panen, pengelolaan pasca panen, penggilingan gabah, penyimpanan beras, hingga distribusi sampai konsumen.  Rantai pasok yang efektif dan efisien memastikan tersedianya beras yang cukup, dengan kualitas baik, dan harga terjangkau di masyarakat.

Isu rantai pasok yang sering kita dengar adalah kelangkaan beras pada musim panen raya.  Logikanya, ketika sedang musim panen padi, beras melimpah dan harganya murah. Namun karena adanya gangguan pada mata rantai pasokan, beras menjadi langka dan mahal. Gangguan bisa terjadi pada setiap mata rantai  seperti cuaca buruk yang merusak pengelolaan pasca panen,  rendahnya produktivitas pabrik penggilingan padi, serta hambatan pada distribusi.

Salah satu mata rantai dalam pasokan beras adalah industri penggilingan padi. Industri ini berfungsi mengonversi gabah menjadi berasi.  Ketersediaan beras dengan kualitas yang baik dan jumlah memadai tergantung pada industri ini. Menurut data Perpadi (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia), total usaha penggilingan padi di Indonesia mencapai sekitar 182.000 unit, dengan penggilingan besar sebanyak 2.000 unit, penggilingan sedang 8.000 unit, dan penggilingan kecil 172.000 unit.

Sebagai sebuah sistem, produktivitas  pabrik-pabrik penggilingan padi tidak bisa lepas dari mesin dan komponennya. Komponen penting dalam mesin giling padi adalah rice rubber roller atau rol pecah kulit (PK)  gabah.  ​​Rol karet inilah yang  mengupas gabah, serta memisahkan sekam dan dedak dari berasnya.  Pilihan rol pecah kulit secara langsung memengaruhi kualitas produk beras akhir, efisiensi penggilingan, dan keberhasilan operasional secara keseluruhan.

Samudera Luas Paramacitra (SLP)  telah lebih dari 40 tahun mendampingi  industri penggilingan padi mendukung ketahanan pangan nasional dengan memproduksi rice rubber roller.  Rice rubber roller  diproduksi di bawah merek Roll Niri dengan sub-merk NIRI Maxton, NIRI Top, NIRI Super, Flying Horse, Panther, Rajawali dan lain-lain. Roll pemecah padi “NIRI” tersedia dalam ukuran: 10 x 10, 8¾  x 6”, 8¾” x 4”,  6⅝” x 4”, dan  6¼” x 2½”. Masing-masing sub-merk dan ukuran ini disesuaikan dengan kebutuhan setiap penggilingan.

Untuk menjamin dukungan ketahanan pangan, Samudera Luas Paramacitra memantau kualitas produk mulai dari pengadaan bahan baku sampai barang  jadi yang siap dikirim. Perlu dicatat, semua produk SLP memenuhi standar manajemen mutu ISO 9001 dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).

Untuk pemesanan dan konsultasi produk, silakan menghubungi 0823-2018-9998.

Flags Widget powered by AB-WebLog.com.